Pengantar
Sungguh
menjadi berkat yang melimpah khususnya umat Kristiani yang terpilih menjadi
putra-putri Allah di dalam Yesus Kristus. Keterpilihan kita sebagai umat
Kristiani, anggota Gereja Kristiani sebagai suatu rahmat sekaligus tugas.
Menjadi rahmat karena berkat wahyu Allah dan dengan Iman kita menjadi
orang-orang pilihan Allah di dalam Yesus Kristus. Menjadi tugas karena Rahmat
yang kita terima membawa konsekuensi tugas panggilan dan perutusan untuk
mewartakan kerajaan Allah (bdk. Matius 10: 1-7).
1.
AKU DI
PANGGIL DAN DI UTUS
Kisah
Yesus memanggil dan mengutus para Murid-Nya perlu di baca dan direnungkan dalam
konteksnya. Dalam bagian sebelumnya, Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk
berdoa untuk, meminta pekerja untuk tuaian yang banyak dan siap di tuai (Mat 9:
37-38), untuk meminta kepada Bapa di surga agar ada utusan-utusan yang dapat
dikirim untuk mengabarkan injil. Jawaban doa ini sangat cepat dikirim “Akulah
(kita) pekerja-pekerja itu”. Ketika kita berdoa dan menangisi situasi dunia ini
(kepengurusan stasi kita, paroki kita), perlunya pelayanan dan pewartaaan di
Gereja kita sesungguhnya kitalah yang harus siap dipanggil dan diutus Tuhan.
2.
AKU BELUM
SIAP MENJAWAB PANGGILAN-MU: PENOLAKAN
Apa yang
bisa aku buat Tuhan? Aku ini masih muda, Aku ini sibuk, Aku tida punya waktu,
Aku sudah tua…kerap kali pertanyaan dan keluhan ini muncul disaat kita
dipanggil Tuhan menjadi pengurus Gereja. Rasa takut dan rasa tidak mampu ini
sering membayang-bayangi kita. Wajar saja persaan yang demikian muncul dalam
diri kita karena panggilan Tuhan ini adalah suatu “menakutkan”. ”Menakutkan”
karena menyangkut keselamatan banyak orang (umat Allah).
Yeremia juga megalami sebagaimana
yang kita alami ketika ia dipanggil Tuhan untuk menjadi Nabi kepada
Bangsa-bangsa. Katanya “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara,
sebab aku ini masih muda." Tetapi apa kata
Tuhan "Janganlah katakan: Aku ini
masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan
apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan” (Yeremian 1:
7-8).
3.
AKU
DIPANGGIL UNTUK BERBUAT APA?
Allah yang memilih Aku (kita) Aku
tidak punya daya untuk menolak panggilan-Nya sebab aku adalah milik-Nya dan Dia
adalah Bapaku. Aku harus terima panggilan Tuhan. Pertanyaan yang muncul kemudian
ketika kita menerima panggilan Tuhan “Apa
yang bisa aku perbuat? Ibarat Pistol yang telah siap dibidikkan mulai
dipikirkan kemana harus disasarkan.
Allah memanggil kita menjadi
pengurus Gereja bukan karena kurang pekerjaan tetapi sebaliknya karena
banyaknya pekerjaan yang akan Ia beri kepada kita.
Mari kita lihat lebih dalam tentang
sifat-sifat misi para Rasul yang tertera
dalam Injil Matius 10: 5-15; pertama-tama, misi kerasulan mereka bersifat sama
dengan yang diwartakan oleh Yesus Kristus “Bertobatlah! Sebab kerajaan Allah
Sudah dekat” dan untuk menyertai misi mereka, kepada mereka diberi kuasa untuk
melakukan segala mukjizat, otoritas yang sama yang Tuhan Yesus miliki dan
kerjakan juga. Mandat yang mereka terima adalah mewartakan bahwa kerajaan Allah
sudah dekat, dan pekerjaan mukjizat yang mereka lakukan untuk menunjukkan kekuatan
yang dimiliki oleh kerajaan itu ialah kekuatan untuk menyembuhkan, mengusir
setan dan bahkan membangkitkan orang mati.
Lebih lanjut lagi tugas panggilan
dan perutusan itu dapat kita lihat juga dalam perikop Injil Lukas 4: 16-19.
Disana digariskan dengan rinci tugas Kristen; menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, memberi
penglihatan kepada orang buta, membebaskan orang tertindas dan memberitakan
tahun rahmat Tuhan telah datang.
Tugas-tugas, misi dan mandat
perutusan Yesus Kristus ini jugalah yang mejadi dasar perutusan sebagai
pengurus Gereja. Tidak ada kata “apa yang harus saya lakukan?”.
4. PENGURUS GEREJA DI PANGGIL MELAKSANAKAN TUGAS KRISTUS DI ZAMAN INI
Pertanyaan ketiga muncul juga dalam kita; Bagaimana Aku (pengurus gereja) mewartakan kerajaan Allah? Aku sama
sekali tidak bisa menyebuhkan orang sakit, orang buta, apalagi membangkitkan
orang mati! Jawabnya: Karena Allah yang memilih dan mengutus kita maka kita
juga mampu untuk melaksanakan tugas perutusan-Nya. “… Jangan takut Aku
menyertai Engakau sekarang dan selama-lamanya” (Mat 28: 19).
Maka sebagai pengurus Gereja pantas kita renungkan pertanyaan ini
“bagaimana Aku sebagai pengurus Gereja melaksanakan tugas perutusan Kristus di
zaman ini?” tentu menyakut tugas dan sikap.
5. TUGAS DAN SIKAP PENGURUS MELAKSANAKAN TUGAS KRISTUS DI ZAMAN INI?
a. Tugas Mewartakan Kerajaan Allah
Seorang
Pengurus Gereja sebagai pewarta yang diutus oleh Yesus, Sang Guru Ilahi, zaman ini diwujudnyatakan;
-
Ketika dia berbicara tentang kepercayaan kepada Allah, tentang
kasih persaudaraan, kesetiakawanan, dan perdamaian di tengah dunia yang penuh
kebencian dan permusuhan ini.
-
Ketika Pengurus Gereja itu memberi
kesaksian tentang keadilan dan kejujuran di tengah dunia yang penuh manipulasi
dan rekayasa kotor, serta kebohongan dan kesewenang-wenangan.
-
Ketika seorang Pengurus Gereja menyembuhkan
orang-orang buta: buta aksara, buta pengetahuan, buta hati, buta rasa, buta
akan kebenaran, dsb.
-
Ketika Pengurus Gereja menyembuhkan orang-orang tuli: tuli akan
firman Tuhan, tuli terhadap seruan dan jeritan penderitaan orang lain, dsb.
-
Ketika Pengurus Gereja menyembuhkan
orang-orang lumpuh: dilumpuhkan oleh kebiasaan buruk, dibelenggu oleh nafsu
serakah dan ketagihan yang sulit diatasi, lumpuh karena kebodohan, lumpuh
karena keputusasaan, dsb.
-
Ketika seorang Pengurus Gereja membangkitkan
orang mati: mati rasa, mati hati-nurani, mati semangat hidup, dsb.
Dengan upaya itu, seorang Pengurus Gereja bukan hanya berbicara tentang iman tetapi juga mewujudkan iman dengan kesaksian hidupnya.
b.
Sikap
Pengurus Dalam Melaksanakan Tugas Kristus Zaman Ini
·
Sederhana
Dalam tugas perutusan para murid-Nya, Yesus berpesan agar para
murid tidak membawa apa-apa dalam perjalanan kecuali tongkat dan sepasang
sandal. Membawa harta-benda bisa menjadi beban dalam tugas pewartaan. Hal ini
menandaskan juga bahwa seorang
Pengurus Gereja yang sederhana, tidak
terlalu diberati oleh berbagai hal yang tidak perlu.
Kadang-kadang kita tergoda untuk menggunakan fasilitas yang justru
tidak fungsional dan menolong untuk pewartaan kita. Kesederhanaan membuat kita
dekat dengan umat yang kita
layani. Sebaliknya
kemewahan dapat menjadi skandal dalam tugas pewartaan kita.
·
Kebersamaan
Yesus sendiri, mungkin bukan kebetulan, mengutus murid-murid-Nya
berdua-dua, agar mereka menghayati semangat kebersamaan, (kolegialitas).
Pelaksanaan tugas kita sebagai Pengurus Gereja kiranya bukan demi
kepentingan kita sendiri, tetapi kepentingan banyak orang. Aspek ini menuntut seorang Pengurus Gereja untuk
terbuka bekerjasama degan orang lain. Semangat kebersamaan (kolegialitas)
sebagai Pengurus dapat memacu semangat kita, memberdayakan dan memudahkan kita
mencapai tujuan bersama.
Penutup
Menjadi seorang Kristiani sudah cukup
berat dan penuh tantangan. Seorang Pengurus Gereja Katolik pastilah
memiliki tantangan yang lebih berat lagi.
Namun kesadaran kita sebagai Pengurus Gereja yang dipanggil dan diutus sebagai pewarta, meng-hayati kesederhanaan serta kebersamaan
dalam tugas, mendorong kita untuk selalu membuat yang terbaik bagi kemuliaan
Tuhan dan kebahagiaan sesama. Tantangan dan kesulitan akan merupa-kan salib,
rahmat yang membahagiakan.
Kalau kita semakin menyadari ini,
kita akan sampai kepada keyakinan iman bahwa Tuhan sendirilah yang memanggil
dan mengutus kita di mana kita sekarang berbakti, apa pun situasi dan
keadaannya. Dan Dia sendiri ada di sana bersama kita dan umat
kesayangan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar